TRIP
TO KUALANAMU AIRPORT MEDAN
Bogor, 21 juni 2014.
“Begitu luar biasanya hamparan bumi ciptaan sang kholiq ini, ditambah dengan
hiasan hiasan ilmu pengetahuan yang membuat para tholabul ilmi ingin mendapatkan hiasan hiasan tersebut. bagai
mutiara, tumbuh dari dalam tempurung dengan tekanan dan lingkungan air laut
yang asin, namun setiap orang selalu terpukau dangan keberadaannya, seperti
itulah seorang thoalbul ilmi “.
@Jutaan48
Keberangkatan menuju kualanamu
airport~medan is began J.
Perjuangan dan pelajaran dua hal yang selalu mengawani kami untuk sampai
tujuan. Penerbangan pertama kami menuju kualanamu berangkat pukul 19.55 dengan
pesawat AirAsia. Rencana awalnya kami
berangkat asar dari damri, dengan mempertimbangkan waktu tempuh kampus ke damri
satu jam kemudian dari damri ke airport dua jam yang artinya ketika kami
berangkat pukul 15.00 maka akan tiba pukul 18.00 di bandara. Namun setelah
diskusi dengan kawan maka kami berangkat pukul 13.00 dari kampus. Angkot khas
kampus yang selalu membuat geram para pejalan kaki yaitu kampus dalam mulai
kami naiki, tepat setelah jalan(BARA) yang dipenuhi lautan mahasiswa kami
lewati ternyata sudah menunggu antrian panjang kendaraan yang pada waktu itu
terlihat(macet). Ternyata yang ingin berpergian bukan hanya kami, ada juga dua
orang mahasiswa yang tampaknya angkatan 50 akan pulang, dengan angkot yang
dipenuhi tumpukan koper maka kami terpaksa harus berbagi J,
bayangkan dengan panasnya terik matahari pada siang itu kemudian ditambah
dengan kondisi jalan yang macet parah. Bahkan sempat terbesit sebuah pertanyaan,
sebenarnya apa yang membuat orang orang ini ingin atau tetap bertahan dengan
keadaan seperti ini, tetap pergih?, ternyata semua itu akan tergantikan dengan
sampainya mereka di tempat tujuan, mungkin ada yang bertemu dengan orang
tuanya, ada yang ke rumah saudaranya, atau mungkin ada yang sekedar melpas
penat setelah dua minggu dihabisi oleh UAS. Mungkin memang itu harga yang
pantas untuk membayar kelelahan ini J.
Ya, itu beberapa jawaban yang sempat mampir di benakku dan itu pula yang
membuat mereka tetap tersenyum dengan keadaan seperti itu. Tak terasa ternyata
perjalanan telah memakan waktu dua jam, yang biasanya maksimal cukup satu jam
untuk sampai baranang siang, ya mungkin rencana kami untuk memajukan jam
keberangkatan salah satu cara Allah membimbing kami dalam perjalanan ini,
mungkin ini yang dipesankan melalui firmannya “manusia mempunyai rencana, dan Allah memiliki rencana, dan rencana
Allah adalah sebaik baiknya rencana”(QS 3:54)
Akhirnya panjangnya kemacetanpun
dapat dilalui dan melanjutkan perjalanan dengan menumpang pada angkot tujuan
baranang siang hingga sampai pada terminal bus damri, kurang lebih kami tiba
disana pukul 15.17 dan sudah masuk waktu asar, namun karena bus yang akan kami
tunggaki akan berangkat maka salat kami lakukan di dalam bus, adahal yang
penting ternyata sebelum melaksanakan salam di dalam kendaraan yaitu
memberitahu orang yang berada dekat kita kalau kita mau salat. Perjalanan cukup
lancer dan mungkin hanya butuh 3 jam untuk sampai bandara, waktu yang cukup
untuk merehatkan badan setelah melawan derasnya kemacetan kota bogor.
Entah tak terasa ternyata bus yang
kami tumpangi sudah memasuki wilayah bandara soekarno-hatta. Rasanya sudah
delapan tahun tidak menginjakkan kaki ini di bandara soekarn0-hatta, ternyata
sudah banyak yang berubah, memang sentuhan teknologi selalu memberikan nilai
tersendiri dari sebuah kemajuan dan perubahan. Seselesainya kami melaksanakan
salat maghrib yang di jama’ isya kami check in. ada dua hal yang paling saya
kawatirkan pada saatdi pesawat, pertama ketika take-off dan kedua ketika landing. Namun pada penerbangan kali
ini ada sedikit kejadian yang mungkin jarang saya temukan, saya duduk diantara wanita
yang di sebelah kiri seorang ibu ibu dan sebelah kanan saya mbak mbak bersama
keluarganya. Ketika pesawat mulai take-off maka lampu akan dipadamkan dan bagi
yang ingin tetap membaca dapat menggunakan lampu senter yang terdapat di bagian
atas, ujar pramugari yang memperingati. Ternyata di seberang tempatku duduk
terlihat ada seorang penumpang yang menggunakan lampu center tersebut, dan
setelah ku perhatikan lebih ternyata yang menggunakannya adalah sesosok wanita
paruh baya yang menggunakan khas kebaya orang dulu dan dilengkapi dengan
selendang hijau yang menutupi rambutnya, ditangannya terlihat buku dengan tulisan
arab yang mungkin bagiku tidak asing, ternyata itu buku kumpulan wirid harian. Sungguh
sosok yang sangat menginspirasi dikala umurnya yang terpancar dari fisiknya
beliau tidak lupa mengingat sang kholiq dimanapun, ternyata tidak hanya disitu
pengalaman dan pelajaran yang Allah berikan, sebelum pesawat kami landing
pramugari pun kembali mengingatkan bahwa lampu akan kembali dimatikan, ternyata
seorang ibu yang berada tepat disebelah
saya selalu mengagungkan kalimat Allah, sejak pesawat akan landing beliau tak
henti bertasbih dimana ketika para penumpang lain sibuk mengencangkan sabuk
pengaman, mempersiapkan barang bawaan, dan lainya, ibu ini sedang berdoa kepada
Allah. Hal itu yang menyebabkan hilangnya kekhawatiran ku hilang selama
perjalanan di dalam pesawat, rasanya lebih tenang ketika berada di dekat orang2
yang selalu mengingatNYA.
Pesawat kami pun akhirnya berhasil
mendarat dengan selamat, tepat oada pukul 23.00 kami tiba di bandara
International Kualanamu, sajauh mata memandang selalu terpesona dengan indahnya
pemandangan kota Medan, sungguh luar biasa perjalan dan pelajaran yang engkau
berikan pada hamba-mu yang dhoif ini ya rabb.
"Kualanamu", misteri dibalik hilangnya destinasi Medan di Bandara Soekarno-Hatta
ReplyDelete