Mamak,
ada yang ketinggalan....?
Kamis, 16 januari 2014. Seperti hari
libur biasanya ketika saya di rumah, mulai dari pagi hingga malam. Rumah
sederhanaku yang selalu membuatku terpesona setiap kali menapakkan kaki ini,
rumah yang telah banyak menyimpan cerita, pelajaran berharga, serta kehangatan
yang tiada tara. Hari ini pun ternyata ada peristiwa yang membuat hati itu
tergugah atas kejadian tersebut, entah ini sebuah pelajaran, entah ini sebuah
pukulan, atau entah ini sebuah kenikmatan. Yaa, apapun itu ini sedikit
kisahnya.
Adik
bungsu-ku Laksamana Thoriq Assidiqi sering di sapa Thoriq yang berusia enam
tahun dan masih duduk di bangku sekolah dasar tepatnya kelas satu SD, melakukan
aktivitas rutinnya masuk sekolah pukul sepuluh pagi kemudian pulang pukul dua
belas, kemudian makan siang, dan pukul dua siang dilanjutkan istirahat. Kala
itu ibu saya sedang keluar rumah, dan adik saya bangun pada pukul tiga sore,
karena jam empat ada TPA maka saya suruh siap siap untuk berangkat ke TPA.
Berangkatlah adik saya jam setengah empat ke TPA, karena biasanya diantar oleh
ibu kali ini tidak karena ibu sedang pergi, lantas saya berpesan ke Thoriq “hati
hati nanti kalau ujan abang jemput”,
selang beberapa menit setelah si Thoriq berangkat ternyata ibu saya pulang dan
melihat si kecil sudah tidak di rumah. Lantas terjadilah percakapan pendek
dengan ibu, “thoriq mano bang?” tanya ibu dengan sedikit bingung, “udah
brangkat ngaji ke TPA, mak.” Jawab-ku, “kan masuknyo jam empat” sambil melihat
jam yang menunjukan jam setengah empat dengan sedikit wajah khawatir, “oiyo,
tdi sih nyo langsung berangkat mak” jawab-ku sedikit menyesal, “kalaw baliknyo
bisa dewek(sendiri) soalnyo ado temannyo, tapi kalau berangkat tu jalan raya
kan sepi dan dakdo yang jago” jawab ibu ku yang semakin khawatir. Kemudian percakapan
pun terhenti dengan terdengarnya lantunan adzan asar yang memanggil. Selepasnya
adzan asar berlalu, dari gerbang rumah terdengar suara khas seorang anak kecil
yang memanggil ibunya, “maak, ada yang ketinggalan!!” seru adik kecil dengan
lugunya, “apa yang ketinggalan?” tanya
ibu yang sedikit bingung, “solat ashar, tadi kan belum solat” jawab
adik-ku dengan polosnya, dan dia langsung mengambil sajadah yang ada di rak
lalu salat empat rakaat layaknya anak umur eman tahun yang baru bisa salat.
Pemandangan tersebut membuat rasanya bangga memliki adik seperti itu, namun
disisi lain berfikir bahwa diri ini terkadang masih terlambat dalam menunaikan
salat wajib. Sesudah adik-ku menyelesaikan salatnya, lanjut dia berangkat ke
TPA bersama temannya, selayaknya anak kecil dengan lantang setelah menutup
pintu gerbang rumah mengucapka salam “assalaamu’alaikum, ambo berangkat
dulu maak”.
Selepasnya
saya pulang dari mushala untuk menunaikan salat asar percakapan dengan ibu-ku
pun ternyata masih berlanjut, “bang, toriq tu kadang aneh yo?” cerita ibu ku, “aneh kenapo
mak?” tanya ku, “nyo tu solat dak pernah ditinggal, kemaren pernah pas sakit
kan tidur bae di kasur, idung merah, kuping merah, badan panas, dan seharian tu
idak gerak gerak gara gara sakit, trus toriq nanyo ke amak ‘ mak ko ambo idak
solat solat yo? ‘.” Cerita ibu-ku dengan sedikit haru. Percakapan itu sangat
memberikan makna yang dalam bahwa peran seorang ibu itu sangat penting dalam
pembentukan karakter seorang anak, bukan hanya bertanggung jawab memberikan
makanan atau meninabobokan anak anak saja, tapi peran ibu merupakan hal yang
sangat penting dalam pembangunan keluarga, mungkin kalimat yang terlontar dari
adik kecil ini bukanlah hal yang bisa terucap tanpa adanya dibentuk sebuah
kebiasaan atau rutinitas yang intens, maka disinilah salah satu peran orangtua
ataupun keluarga untuk membangun keharmonisan di keluarga.
Karena
sederhananya untuk berperan dalam membangun negri ini cukuplah mudah salah
satunya yaitu dengan membangun keluarga yang sakinah mawahdah wa rahmah, karena
hari ini pedang yang tajam, tembakan yang canggih, hingga senjata senjata fisik
yang canggih sekalipun sudah tidak berguna lagi dalam memerdekakan sebuah
bangsa, hal hal seperti diataslah yang hari ini dibutuhkan.
0 comments